Search

Ikan Memutus Kemiskinan - Sinar harapan

TAGAR “Ikan Menyehatkan dan Mencerdaskan”, sudah sering terucap ataupun tertulis diberbagai media. Ungkapan tersebut dapat berlanjut dengan “ikan memutus rantai kemiskinan”.

Penulis pernah mengalami langsung upaya Pemerintah Amerika Serikat memutus rantai kemiskinan, melalui program Women, Infants and Children (WIC), dalam tahun 1984-1988. Setiap wanita hamil dari keluarga miskin, wajib mengkonsumsi makanan bergizi tinggi, melaui bantuan kupon makan gratis, untuk dibelanjakan di pasar swalayan. Pemantauan pelaksanaan program tersebut dilakukan langsung terhadap penerima bantuan, dikontrol kondisi fisiknya secara laboratoris, guna meyakinkan bahwa makanan bergizi tersebut dimakan oleh si ibu hamil.

Kini telah menjadi wacana nasional, bahkan global, bahwa 1.000 hari pertama kehidupan—sejak bayi dikandungan hingga berusia dua tahun, adalah masa utama pembentukan otak. Apabila pada masa kritis tersebut asupan gizi berkualitas terhadap ibu hamil dilakukan, kondisi bayi menjadi sehat dan berkembang cerdas, sehingga menghasilkan generasi unggul. Akhirnya, setelah menginjak dewasa, generasi tersebut diharapkan menjadi warga negara yang berbobot, produktif dan maju, tidak miskin, sebagaimana orang tuanya.

Dan sebaliknya, apabila ibu yang hamil kurang mengkonsumsi makanan bergizi, lahirlah bayi yang kini dikenal mengalami stunting, fisik pendek dibanding usianya, serta terjadi kelemahan kognitif.

Gizi Ikan

Ikan tergolong bahan pangan yang tinggi protein, bahkan zat putih telor dari ikan tersebut paling mudah dicerna oleh tubuh, dibanding dengan yang berasal dari bahan makanan lainnya . Dalam protein ikan juga terdapat asam amino Taurin yang berfungsi merangsang pertumbuhan sel otak anak usia di bawah lima tahun.

Senyawa Omega-3 sangat populer sebagai asam lemak yang berfungsi meningkatkan pertumbuhan sel otak pada anak-anak. Kandungan senyawa ini pada ikan sekitar 210 mg, per 100 gram daging ikan. Pada lobster, tiram, udang dan seafood lainnya, antara 105-150 mg per 100 gram. Sedangkan pada daging ayam, kambing dan sapi, hanya antara 18-22 mg per 100 gram.

Di samping senyawa protein dan omega-3 yang menonjol untuk pertumbuhan fisik maupun pembentukan sel otak, ikan juga memiliki kelebihan lainnya. Senyawa lain yang sangat dibutuhkan dalam kesehatan tubuh, misalnya berbagai mineral, seperti iodium, zat besi, zinc, kalsium, dan selenium, banyak terdapat pada daging ikan. Vitamin yang banyak dikandung antara lain vitamin A, D, B-6 dan B-12.

Melawan Stunting

Sebagai negara kepulauan yang terbesar di dunia, ikan yang bergizi tinggi tersebut tentu banyak tersedia di negeri ini. Oleh karenanya, sangat tepat apabila saat ini ikan telah menjadi bahan pangan primadona untuk memerangi stunting. Kondisi prevalensi stunting di Indonesia memang memprihatinkan. Prevalensi stunting tahun 2015-2019 ini berfluktuasi antara 27,5% sampai dengan 30,8%. Bahkan pada tahun 2013, menurut Riset Kesehatan Dasar, Kementerian Kesehatan, setinggi 37,2%. Angka ini jauh dari batasan Perserikatan Bangsa-Bangsa, Food and Agriculture Organization (FAO), yakni sebaiknya tidak lebih dari 20%.

Memerangi stunting ini tentu tidak cukup dengan peningkatan produksi, atau ketersediaan ikan bagi konsumen. Faktor kunci yang lain adalah masalah distribusi bagi konsumen yang jauh dari sentra produksi ikan, pemahaman konsumen mengenai nilai gizi ikan yang menyehatkan dan mencerdaskan. Serta cara penanganan ikan yang baik pada nelayan, pembudidaya ikan, pengolah dan penjual ikan, agar produk yang perishable tersebut masih berkualitas bagi konsumen.

Sehubungan dengan hal tersebut telah dibentuk Jejaring Pasca Panen untuk Gizi Indonesia (JP2GI) guna mendukung kolaborasi antara Kementerian Kesehatan, Kementerian Kelautan dan Perikanan, Pemerintah Daerah, pelaku usaha dan organisasi masyarakat, bersama-sama memerangi stunting. Apabila tujuan ini tercapai, terwujudlah ikan menjadi komoditi yang menyehatkan, mencerdaskan dan memutus rantai kemiskinan. Di masa depan terciptalah generasi baru yang unggul dalam persaingan bangsa di dunia. (Soen’an Hadi Poernomo)

Penulis adalah Ketua Forum Jejaring Penanganan Pasca Panen dan Gizi Indonesia (JP2GI). Dosen Institut Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (IISIP)

Let's block ads! (Why?)



"ikan" - Google Berita
December 30, 2019 at 10:23AM
https://ift.tt/356nCZl

Ikan Memutus Kemiskinan - Sinar harapan
"ikan" - Google Berita
https://ift.tt/2Lm4jo8

Bagikan Berita Ini

0 Response to "Ikan Memutus Kemiskinan - Sinar harapan"

Post a Comment

Powered by Blogger.