LAMPUNG – Budidaya ikan lele jenis mutiara yang sempat gagal akibat cuaca tidak menghalangi budidaya ikan air tawar jenis lain.
Suyatno, warga Desa Pasuruan, Kecamatan Penengahan, Lampung Selatan menyebut budidaya ikan lele sempat terkendala kemarau. Memasuki penghujan pemijahan ikan lele mutiara disebutnya bisa dilakukan meski gagal memasuki tahap pembesaran.
Sejumlah kolam tanah, kolam terpal tempat budidaya ikan lele dibiarkan kosong. Beruntung ia masih memiliki empat petak kolam tanah untuk budidaya ikan nila (Oreochromis niloticus).
Memasuki musim penghujan ikan nila miliknya justru memasuki tahap pemijahan dalam jumlah banyak. Sejumlah kolam yang kosong selanjutnya mulai diisi indukan ikan nila.
Total sebanyak lima kolam ikan nila dengan ukuran masing-masing 4×6 meter mulai dikembangkan. Indukan sekitar 500 ekor yang dimiliki menurutnya terus bertambah hingga ribuan ekor.
Proses pemijahan indukan ikan nila menurut Suyatno akan semakin cepat dalam kondisi air dangkal. Sejumlah kolam tanah yang disiapkan menurutnya menjadi lokasi pemijahan dan pembesaran.
“Perbanyakan benih ikan nila sangat cepat karena jenis ikan tersebut tidak kanibal sehingga mendukung upaya budidaya untuk pembesaran dan memenuhi permintaan dari pembudidaya lain untuk dikembangkan,” terang Suyatno saat ditemui Cendana News, Senin (10/2/2020).
Budidaya ikan nila menurut Suyatno memiliki prospek yang cukup menguntungkan. Sebab ia bisa menjual ikan nila sebagai benih dan sebagai ikan konsumsi. Sebagai benih untuk dikembangkan lebih lanjut ia menjual per ekor ikan nila ukuran 5 cm seharga Rp500.
Permintaan sebanyak 1000 ekor saja ia bisa mendapatkan hasil Rp500 ribu. Sementara untuk ikan nila konsumsi bisa dijual saat memiliki berat sekitar 500 gram.
Ikan nila dengan berat 500 gram menurutnya bisa diperoleh saat usia 3 hingga 6 bulan. Perkembangan ikan yang tidak seragam membuat proses panen kerap dilakukan secara parsial.
Permintaan ikan nila dari sejumlah pemilik usaha rumah makan rata-rata mencapai 50 hingga 100 kilogram. Satu kilogram ikan nila dijual dengan harga Rp20.000.
“Tingkat hidup ikan nila lebih tinggi daripada ikan lele yang sebelumnya saya budidayakan karena tingkat kanibal yang tinggi,” tutur Suyatno.
Permintaan bibit ikan nila menurut Suyatno sangat tinggi. Sebab memasuki masa tanam ikan nila cocok ditebar pada lahan pertanian dengan sistem mina padi.
Ikan nila yang potensial hidup pada air mengalir membuat jenis ikan tersebut dikembangkan petani pada lahan tanaman padi. Pemberian pakan yang mudah dengan sayuran, daun talas dan dedak padi membuat pengeluaran biaya pakan bisa ditekan.
Memiliki sekitar lima kolam berukuran besar dan sebagian ukuran kecil, Suyatno melakukan pemisahan berdasarkan ukuran. Pemisahan dilakukan olehnya mempermudah proses panen karena permintaan ikan nila yang meningkat.
Satu kilogram ikan nila dengan berat rata-rata 200 gram diperlukan sebanyak 4 ekor ikan untuk dijual. Sebagian kolam terpal yang semula dipakai untuk budidaya ikan lele bahkan mulai digunakan untuk budidaya ikan nila.
“Peralihan budidaya menjadi hal yang wajar karena peluang pasokan air melimpah harus dimanfaatkan,” ungkap Suyatno.
Satu petak kolam ikan yang siap panen menurutnya bisa menghasilkan sekitar 10 hingga 20 kuintal. Dijual dengan rata-rata Rp20.000 per kilogram saja ia bisa mendapatkan hasil Rp 4juta sekali panen.
Panen secara parsial memungkinkan ia masih bisa memiliki ikan pada petak kolam yang lain. Sejumlah petak kolam sengaja digunakan untuk indukan yang menghasilkan benih.
Pemeliharaan ikan nila dibanding ikan lele menurutnya jauh lebih mudah. Sebab meski bisa dipanen usia tiga bulan jenis ikan lele yang sebelumnya dibudidayakan butuh biaya operasional yang tinggi.
Biaya operasional tinggi itu berasal dari pakan menggunakan pelet. Sementara jenis ikan nila ia masih bisa memanfaatkan daun talas, kangkung, sayuran dan dedak untuk menghemat.
“Pelet masih digunakan tapi terbatas karena kualitas air justru akan bagus jika penggunaan pelet diminimalisir,” tegas Suyatno.
Pembudidaya lain bernama Trubus menyebut, penghujan ia memilih beralih budidaya ikan nila. Sebelumnya ia melakukan budidaya ikan lele mutiara.
Meski menghasilkan namun saat kemarau dan pergantian ke penghujan ikan lele rentan penyakit. Sulitnya memperoleh benih dan pemijahan yang gagal menjadi faktor ia beralih membudidayakan ikan nila.
“Ikan nila bisa dikembangkan dengan perawatan sederhana dan perbanyakan secara alami mudah,” tutur Trubus.
Sebagian kolam terpal yang semula dipakai untuk budidaya lele bahkan kini dipakai untuk budidaya ikan nila. Trubus juga menyebut pakan dari dedak membuat ia bisa menekan biaya operasional.
Sebab per karung dedak dengan berat 50 kilogram bisa dibeli olehnya seharga Rp50.000. Pakan dedak menurutnya lebih murah dan bisa dikombinasikan dengan tanaman talas, ubi jalar dan sayuran.
"ikan" - Google Berita
February 10, 2020 at 12:40PM
https://ift.tt/2SbeyiG
Gagal Budidaya Lele, Warga Pasuruan Beralih Ikan Nila - Cendana News
"ikan" - Google Berita
https://ift.tt/2Lm4jo8
Bagikan Berita Ini
0 Response to "Gagal Budidaya Lele, Warga Pasuruan Beralih Ikan Nila - Cendana News"
Post a Comment